Khidir mempunyai tiga macam nama: nama asli, nama kunyah (panggilan), dan nama lagab (julukan)
1. Nama aslinya adalah Balya bin Balkan bin flaakh bin Anbar bin Salakh bin Arfakhsyadz bin Sam bin Nuh a.s. bin Lamak bin Mutawasylikh bin Idris a.s. bin Yard bin Mahlail bin Qainan bin Yanasy bin Syits bin Adam a.s.
2. Nama panggilannya adalah Abdul Abbas
3. Nama Julukannya adalah Khidir atau Khadir.
Berliau adalah putra seorang raja Pesia yang bernama Balkan. Ibunya bernama Alha binti Faris (sebagaian riwayat mengatakan bernama “Rumania”) wanita bangsawan keturunan Persia, bibi dari ibu Iskandar Zulqarnain.
Diriwayatkan bahwa ibu Khidir adalah wanita yang senang mengembara bahkan ksetika sedang hamil tua sekalipun. Oleh karena itu, ia melahirkan Khidir dalam gua di sebuah bukit. Sesaat setelah melahirkan, sang ibu mendengar keributan penyamun, hingga ia lahir dan hilang jejak, tapi mungkin juga ia terbunuh. Sang bayi ditemukan dan dipelihara oleh seorang pengembala kambing sampai dewasa. Konon, bayi Khidir disusui dengan susu kambing.
Setelah dewasa, Khidir menemui ayahnya, Balkan, dan tinggal bersamanya untuk beberapa waktu. Setelah dirasa cukup dewasa, Balkan meminta Khdiir menikah Fannah, karena tidak bersedia, Khidir memutuskan untuk meninggalkan istana. Mengetahui anaknya pergi, Balkan memerintahkan agar semua daearh kekuasaannya dijelakahi guna menemukan Khidir. Usaha ini sia-saia, Fannah akhirnya menikah dengan Hizqil dan dikaruniai tiga orang anakn. Fannah ini adalah Masyithah, tukang sisir putri Firaun.
Para ulama berbeda pendapat mengenai kedudukan Khidir. Ada yang mengatakan wali, ada yang mengatakan nabi, bahkan ada pula yang mengatakannya rasul yaitu kaum Kinanah. Namun, pendapat yang paling benar iyalah bahwa beliau adalah seorang nabi.
PERTEMUANNYA DENGAN NABI MUSA A.S.
“Musa, siapa orang yang paling pandai di muka bumi?” Tanya seseorang.
“Aku,” jawab Nabi Musa mantap. Jawaban ini membuat Nabi Musa ditegur Allah.
“Musa, jangan menganggap dirimu sebagai orang yang paling pandai, karena ada hamba-Ku yang lebi pandai darimau, Ia tinggal di antara dua lautan.”
“Ya Allah, bagaimana caraku supaya bisa bertemu dengannya?”
“Bawalah seekor ikan, dimana ikan itu meluncur kelaut, disitulah engkau dapat menemuinya”. Kisah selanjutnya adalah seperti yang diabadikan Al-Qur’an, surah Al-Kahfi ayat 60 – 82.
60. (ingatlah) ketika Musa berkata kepada muridnya: “Aku tidak akan berhenti (berjalan) sebelum sampai ke pertemuan dua lautan; atau aku akan berjalan sampai bertahun-tahun.”
61. Maka tatkala mereka sampai di pertemuan dua buah laut itu, mereka lalai akan ikannya, lalu ikan itu melompat mengambil jalannya ke laut itu.
62. Maka tatkala mereka berjalan lebih jauh, berkatalah Musa kepada muridnya, “Bahwa kemar makanan kita; sesungguhnya kita telah merasa letih karena perjalanan kita.”
63 Muridnya menjawab: “Tahukah kamu tatkala kita mencari tempat berlindung di batu tadi maka sesungguhnya aku lupa (menceritakan tentang) ikan itu dan tidak adalah yang melupakan aku untuk menceritakannya kecuali setan dan ikan itu mengambil jalannya ke laut dengan cara yang aneh sekali.”
64. Musa berkata, “Itulah (tempat) yang kita cari.” Lalu keduanya kembali, mengikuti jejak mereka semula.
65. Lalu mereka bertemu dengan seorang hamba diantara hamba-hamba Kami, yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami.
66. Musa berkata kepada Khidir, “Bolehkan aku mengikutimu supaya kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang benar diantara ilmu-ilmu yang telah diajarkan?”
67. Dia menjawab, “Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sanggup bersabar bersamaku.”
68. Dan bagaimana kamu dapat sabar atas sesuatu, yang kamu belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang hal itu?”
69. Musa berkata, “Insya Allah kamu akan mendapati aku sebagai seorang yang sabar dan aku tidak akan menentangmu dalam suatu urusan pun.”
70. Dia berkata, “Jika kamu mengikutiku maka janganlah kamu menanyakan kepadaku tentang sesuatu apapun, sampai aku sendiri menerangkannya kepadamu”.
71. Maka berjalanlah keduanya hingga tatkala keduanya menaiki perahu lalu Khidir melubanginya. Musa berkata, “Mengapa kamu melubangi perahu itu yang akibatnya kamu menenggelamkan penumpangnya?” Sesunggunya kamu telah berbuat suatu kesalahan yang besar.
72. Dia (Khidir) berkata, “Bukankah aku telah berkata, “Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan bersabar bersama dengan aku”.
73. Musa berkata, “Janganlah kamu menghukum aku karena kelupaanku dan janganlah kamu membebani aku dengan sesuatu kesulitan dalam urusanku”.
74. Maka berjalanlah keduanya hingga tatkala keduanya berjumpa dengan seorang anak, Khidir membunuhnya. Musa berkata, “Mengapa kamu bunuh jiwa yang bresih, bukan karena ia membunuh orang lain? Sesungguhnya kamu telah melakukan suatu yang mungkar”.
75. Khidir berkata, “Bukankah sudah kukatakan kepadamu bahwa sesungguhnya kamu tidak akan dapat sabar bersamaku?”
76. Musa berkata, “Jika aku bertanya kepadamu tentang sesuatu sesudah (kali) ini, janganlah kamu memperbolehkan aku menyertaimu, sesungguhnya kamu sudah cukup memberikan uzur padaku.”
77. Maka keduanya berjalan hingga tatkala keduanya sampai kepada penduduk suatu negeri, mereka minta dijamu, tetapi penduduk negeri itu tidak mau menjamu mereka, kemudian keduanya mendapatkan negeri itu dinding rumahnya yang hampir roboh, Khidir menegakkan dinding itu. Musa berkata, “Jika mau, kamu bisa mengambil upah untuk itu”.
78. Khidir berkata, “Inilah perpisahan antara aku denganmu. Aku akan memberitahumu tujuan dari perbuata yang kamu tidak sabar terhadapnya.”
79. Adapun bahtera itu adalah milik orang-orang miskin yang bekerja di laut, dan aku merusak bahtera itu karena di hadapan mereka ada raja yang merampas setiap bahtera”.
80. Dan adapun anak itu, kedua orang tuanya adalah orang-orang mukmin, dan kami khawatir bahwa dia akan mendoron gkedua orang tuanya itu kepada kesesatan dan kekafiran”.
81. Dan kami menghendaki, supaya Tuhan mereka mengganti lain yang lebih baik kesuciannya dari anaknya itu dan lebih dalam kasih sayangnya (kepada ibu bapaknya).
82. Adapun dinding rumah itu adalah kepunyaan dua orang anak yatim di kota itu, dan di bawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua, sedang ayahnya adalah seorang yang saleh maka Tuhanmu menghendaki agar mereka sampai kepada kedewasaan dan mengeluarkan simpanannya itu, sebagai rahmat dari Tuhanmu; dan bukankah aku melakukannya itu menurut kemauanku sendiri. Demikian itu adalah tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya.
Nabi Khidir a.s. dikenal di seluruh wilayah Islam. Beliau merupakan personifikasi sebuah fungsi intelek metafisis, “ruh (semangat) kenabian”, sebuah proyeksi kepada pusat Wujud. Dalam hal ini, Ibrahim bin Adham berkata, “Dalam sebuah hutan belantara aku hidup selama empat tahun. Tuhan memberiku makanan tanpa harus bekerja kerja. Khidir adalah sahabatku selama dalam waktu tersebut. Beliau mengajariku nama-nama agung Tuhan.
KEISTIMEWAAN DIRI NABI KHIDIR A.S
Banyak keistimewaan yang dimiliki oleh Nabi Khidir a.s. antara lain:
1. Hidup sepanjang masa hingga munculnya Dajjal.
Faktor yang menyebabkan beliau mempunyai umur panjang, ialah minum ma al-hayat (air kehidupan). Adapun kisahnya seperti yang diriwayatkan oleh Ibnu Asakir, sebagai berikut:
Pada zaman dahulu ada seorang raja Muslim yang saleh lagi bijak bernama Zulkarnain. Beliau mempunyai seorang sahabat dekat dari jenis malaikan yang bernama Rafail. “Sahabatku, ceritakanlah, bagaimana dan sampai dimana ibadah malaikat itu?” Tanya Zulkarnain kepada Rafail.
“Ibadah manusia belumlah seberapa jika dibandingkan dengan ibadah malaikat. Karena malaikan beribadah tanpa henti. Karena malaikat yang beribadah sambil berdiri, tidak pernah duduk sejak diciptakan hingga Hari Kiamat. Ada yang beribadah sambil rukuk diciptakan hingga Hari Kiamat. Malaikat yang beribadah sambul sujud, hanya menjawab salam Nabi Muhammad pada malam miraj. Ada juga yang terus-menerus bertasbih sejak diciptakan hingga Hari Kiamat. Meskipun demikian, mereka menganggap belum seharusnya ibadah yang mesti dilakukannya itu,” jawab Rafail.
Mendengar jawaban ini, Zulkarnain menangis dan berkata, “Sahabatku, sungguh besar keinginanku untuk memperoleh umur panjang agar dapat beribadah dengan sempurna, dan mencapai derajat haqqul ibadah.”
“Benarkah”,
“Ya” tegas Zulkarnain.
“Kalau begitu, ketahuilah bahwa di bumi Allah ini ada sumur yang disebut ma al-hayat. Orang yang pernah meneguk airnya walaupun hanya sedikit, akan hidup sampai Hari Kiamat, kecuali jika ia sendiri memohon agar dimatikan oleh Allah Swt”.
“Tahukah kamu letak sumur itu?”
“Tidak, aku hanya mendnegar bahwa di bumi ini ada Begowong (tempat yang gelap gulita), yang belum terjamah oleh manusia maupun jin. Menurut dugaanku, disitulah sumur itu berada.”
Zulkarnain segera mengumpulkan ulama dan pakar sejarah untuk menanyakan letak sumur itu. Sayang tak satu pun dari mereka yang mengetahuinya. Akan tetapi, di antara mereka ada yang mengatakan bahwa sumur itu-berdasarkan buku wasiat Adam-terletak di Mathlausy-Syamsi (tempat terbit matahari di daerah timur dunia). Zulkarnain segera berangkat bersama maha patinya, Khidir, berikut 6.000 prajurit pilihan.
Setelah menempuh perjalanan selama waktu 12 tahun, rombongan besar itu tiba di begowong. Gelapnya tempat itu membuat tak satu pun yang bisa menemukan sumur yang dicari. Dan Khidir beruntung bisa menemukannya sehingga beilau mandi, wudu dan meminum airnya.
2. Mempunyai ilmu laduni yang diberikan langsung oleh Allah Swt, tanpa diusahakan, tanpa perantara dan tanpa guru.
Allah Swt. Berfirman: “Lalu mereka bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-hamba Kami, yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami.” (QS Al-Kahfi [18]: 65).
3. Wujud fisiknya tidak dapat dilihat oleh orang kebanyakan, hanya orang-orang tertentu (yang dipilih oleh Allah Swt.) yang dapat melihat fisik beliau.
4. Pakaiannya senantiasa baru dan bersih.
Imam Al-Mizam Ash-Shaghir , “Pakaian Nabi Khidir a.s. takkan rusak, baik pakaian atas maupun pakaian bawahnya. Ini adalah keistimewaan dari Allah Swt. sebagai tanda bahwa beliau bersih dari maksiat.
5. Bisa berjalan secepat kilat
Karena itulah, Nabi Khidir a.s. bisa berkeliling dunia dan mengerjakan shalat secara berpindah-pindah setiap waktu. Subuh di Mekah (Masjid Al-Haram), Dhuhur di Madinah (Masjid Nabawi), Asar di Baitu Maqdis (Masjid Aqsha), Magri di atas bukit Sinai, dan Isya di samping benteng atau dinding pertahanan raja Zulkarnain yang terbuat dari besi yang dicampur dengan tembaga dan menurut ahli tafsir terletak di Armenia Azarbaijan.
6. Bisa berubah rupa
Al-Ghazali dalam Ihya Ulumuddin menuturkan bahwa Nabi Khidir a.s. bisa berubah-ubah rupa dibeberapa tempat yang berbeda untuk menguji seseorang yang dikehendakinya, apakah ia mengerti atai tidak? Suatu wakt ubeliau muncul dalam wujud aslinya, satu waktu berwujud orang badui, berwujud miskin, dan lain-lain.
Hal ini dikuatkan oleh Syaikh Hasyisi Al-Himshani dan Syaikh Yusuf An-Nabhani dalam Jami Al-Karamat yang pernah berkumpul berkali-kali bersama Nabi Khidir a.s. dengan wujud yang berbeda-beda.
7. Setiap tempat yang dipijak menjadi hijau.
Rasulullah Saw. bersabda bahwa gelar “Khidir” diberikan kepada Nabi Khidir karena setiap duduk diatas tanah yang kering, tanah itu berubah hijau dan ditumbuhi rumput. Mujahid berkata bahwa beluai disebut “Khidir” itu karena dimana pun beliau shalat maka hijaulah tanah yang mengelilinginya.
Syaikh Mustaka Al-Uqbawi dalam Hasyiyah Aqidah Ad-Dardiri berkata bahwa beliau diberi gelar “Khidir” karena apabila duduk diatas tanah yang kering maka saat itu juga tanah dan sekitarnya menjadi hijau dan sekitarnya menjadi hijau atau karena kebiasaan beliau duduk di atas sajadah yang hijauh.
Imam Tsalabi menambahkan, apabila beliau melangkahkan kakinya maka tum
buhlah rumput hijau di bawah telapak kakinya.
8. Enggan bertemu dengan orang-orang yang suka berbuat bida, berhati kotor, dan berakhlak tercela.
Ali al-Khawwash mengatakan bahwa untuk bertemu dengan Nabi Khidir a.s. seseorang harus memenuhi 3 syarat. Tanpa ketiganya, jangan harap bisa bertemu Khidir, walaupun ibadahnya seperti ibadah Tsaqalin (seluruh jin dan manusia). Tigas syarat itu ialah:
a. Tingkat laku dan pernuatannya sesuai dengan sunnah
b. Hatinya suci, bersih, lurus, dan bersikap baik terhadap sesama, tidak ada di dalam hatinya sifat-sifat buruk, seperti hasud, iri, dengki, sombong, dan lain-lain.
c. Tidak rakus terhadap dunia. Orang yang menyimpan harta untuk besok hari, maka jangan harap ia bisa bertemu dengan beliau.
Diceritakan bahwa Abu Ubaid Al-Bishri sering didatangi Nabi Khidir a.s., namun akhirnya beliau tidak datang lagi karena ia menyuruh istrinya menyimpan uang untuk belanja esok hari. Pada suatu malam, ia bermimpi bertemu Nabi Khidir, dalam mimpinya itu, “Abu Abbas, mengapa Anda tidak datang lagi kepadaku, apakah salahku?” Nabi Khidir menjawab “Apa kamu tidak tahu bahwa saya tidak mau berteman dengan orang yang rakus terhadap dunia”.
9. Mengenal dan mengetahui nama-nama Waliyullah di seluruh dunia, bahkan beliaulah yang menjadi pembimbing setiap orang yang akan diangkat oleh Allah Swt. menjadi wali-Nya.
Imam Syarani dalam Lawaqih Al-Anwar mengatakan bahwa Nabi Khidir a.s. hanya akan menemui orang yang berhak memiliki kewalian.”
Lebih lanjut Imam Syarani berkata bahwa Nabi Khidir a.s. suka menemui seorang murid atau Ahl al-Bidayah (tingkat awal dari Ahli Makrifat) dalam mimpi untuk mengajarkan ilmu, karena lemahnya murid tersebut dalam menemui belaiau waktu jaga. Sedangkan bagi yang telah mencapai Kamil Al-Mkrifat atau Ahl An-Nahayat, beliau akan menemuinya dan mengajarkan ilmu dalam keadaan jaga”.
PERTEMUAN DENGAN NABI ILYAS A.S.
Imam Shawi dalam Syarh ash-Shalawat Ad-Dardiriyyah berkata, “Sayyid Mustofa Al-Bakri menceritakan bahwa Imam Al-Alai dalam kita Tafsirnya menuliskan bahwa Nabi Khidir a.s. dan Nabi Ilyas a.s. adalah orang yang hidup sampai akhir zaman. Nabi Khidir berkeliling di laut untuk menolong kepada orang-orang yang tersesat dan bingung tidak tahu arah, sedangkan Nabi Ilyas bertempat di hutan dan gunung-gunung yang tersesat jalan dan tidak tahu arah. Pada malam hari, keduanya berkumpul di samping benteng raja Zulkarnain.
Setiap bulan Ramadhan keduanya berkumpul di Baitul Maqdis dan berpuasa sebulan penuh. Setiap ada wali yang wafat, keduanya berkumpul untuk menshalati jenazahnya. Setiap tahun, keduanya berkumpul di Arafah dan di masjid Khaif dan Mina menunaikan ibadah haji, minum air zamzam, dan bergantian mencukur rambut (tahallul), lalu berpisah.
~~Disadur dari coratcoret.blogspot.com~~